IKLAS

Tingkat ikhlas yang paling rendah adalah ketika amal perbuatan bersih dari riak yang jelas dan samar tetapi masih terikat dengan keinginan untuk pahala yang dijanjikan Allah swt Ikhlas seperti ini dimiliki oleh orang yang masih kuat bersandar kepada amal, yaitu hamba yang mentaati Tuannya karena mengharapkan upah dari Tuannya itu.

ketika seseorang itu beramal dan masih menyembunyikan maksud di sebalik amal, yang berhubungan dengan anugerah Allah, maka amal itu sudah di bilang ikhlas, asal amal itu bersih dari kehendak pujian dan sanjungan dari manusia, walau itu adalah ikhlas dalam tataran paling rendah. tataran orang ibadah itu ada 5 tataran;
1. abidin
2. muhibbin
3. arifin.
4. mukhlisin
5. mursidin

tataran 1 . abidin itu sebagaimana orang yang beramal, yang sudah lepas dari riak dan ujub yang merusakkan amal, tapi di hatinya masih mengharapkan suatu pahala atau balasan atas amal yang di perbuatnya, entah amal ibadah itu mengharapkan surga atau lepas dari neraka, atau amal ibadah itu mengharapkan kebahagiaan hidup di dunia, entah perbaikan ekonomi, atau mendapatkan kehormatan yang di anugerahkan Allah, bahkan mengharapkan mendapatkan ketenangan sekalipun, itu namanya orang itu masih mengharapkan balasan atas amal, itu sudah di katakan ikhlas, walau ikhlasnya masih ada embel-embel, ikhlas itu apabila amal bersih dari kehendak pada selain Allah, jika masih mengharap anugerah dari Allah, maka itu tetap di katakan ikhlas, karena tidak ada harapan pada selainnya Allah. seperti orang kuliah, tidak bisa di benarkan jika mengatakan sekolah SD itu tak baik, lebih baik kuliah, dan sekolah SD itu tak benar, pdhal orang bisa kuliah itu harus sekolah SD dulu, jadi sekolah SD itu tetap penting, malah kalau bisa di SD itu sampai rangking 1.

perumpamaan orang berdoa, dia melakukan amaliyah wirid agar mendapat apa yang di harapkan, maka kalau bisa apa yang di harap itu sampai tercapai, di ijabah oleh Allah, sampai ijabahnya sekedipan mata, dan berulang kali seperti itu, setiap berdoa menginginkan kebaikan Allah segera mengijabah, itu namanya abidin yang rangking di kelasnya, sebab setiap manusia itu harus melalui proses,

ketika seringkali apa yang di pinta pada Allah kemudian di ijabah, di ijabah, dan di ijabah, maka hamba akan masuk pada pintu rasa cinta pada Allah, karena seringnya di beri, orang itu kalau sering di beri Allah akan timbul rasa sayang pada Allah, ketika merasakan betapa maha wahabnya Allah, maha memberinya Allah, dan maha kasihnya Allah, maka di hati hamba akan masuk pada tingkatan mukhibbin, yaitu orang yang beribadah pada Allah di dasari rasa cinta, musnah rasa harapan mendapatkan balasan atas amal, karena melihat Allah maha memberi tanpa batas. apa pa di cukupi Allah, maka rasa cinta pada Allah lantas menyala-nyala.

Di bawah dari tingkatan abidin, tidak dinamakan ikhlas lagi. Tanpa ikhlas seseorang beramal karena sesuatu muslihat keduniaan, ingin dipuji, ingin menutup kejahatannya agar orang percaya kepadanya dan bermacam-macam lagi trik yang rendah. Orang dari golongan ini meskipun banyak melakukan praktek namun, praktek mereka adalah umpama tubuh yang tidak bernyawa, tidak bisa menolong tuannya dan di depan Tuhan nanti akan menjadi debu yang tidak mensyafaatkan orang yang melakukannya. Setiap orang yang beriman kepada Allah swt harus mengusahakan ikhlas pada amalannya karena tanpa ikhlas syiriklah yang bergabung praktek tersebut, sebanyak ketiadaan ikhlas itu.

(Amalkanlah hal-hal itu) dengan tulus ikhlas kepada Allah, serta tidak mempersekutukan sesuatu pun dengan-Nya. (Ayat 31: Surah al-Hajj)

“Serta (diwajibkan kepadaku): ‘hadapkanlah seluruh dirimu menuju (ke arah mengerjakan perintah-perintah) agama dengan benar dan ikhlas, dan janganlah kamu termasuk orang-orang musyrik'”. Dan janganlah kamu (Muhammad) menyembah atau memuja yang lain dari Allah, yang tidak dapat mendatangkan manfaat dan tidak juga dapat mendatangkan mudarat kepadamu. Jadi, jika kamu berbuat yang demikian, maka pada saat itu sehingga kamu termasuk orang-orang yang lalim (terhadap diri sendiri dengan perbuatan syirik itu). (Ayat 105 & 106: Surah Yunus)

Daging dan darah binatang korban atau hadiah itu tidak sekali-kali akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah amal yang ikhlas yang berdasarkan takwa dari kamu. (Ayat 37: Surah al-Hajj)

Tinggalkan komentar