Takdir Kita

Jika kamu di taqdirkan melakukan perubahan besar pada dunia, maka kamu akan di beri oleh Allah niat yang kuat dalam hatimu untuk melakukan perubahan jalan hidupmu ke arah kebaikan, di berikan kekuatan melakukan perubahan, walau di pandangan orang lain kamu tak berarti….sebenarnya kamu menuju suatu proses menuju perubahan dunia. Dan kamu ada di dalamnya, menjadi bagiannya untuk ikut merubahnya.
Tapi jika memang taqdirmu itu bukan orang yang ikut merubah dunia, maka kamu tak akan di beri kekuatan Allah untuk merubah dunia, bahkan kamu untuk menyingkirkan sepotong daun kering atau setitik debupun, di hatimu tak akan kuat melakukannya, dan untuk melakukan perubahan di dirimu kamu akan mengeluarkan berbagai alasan agar kamu tak melakukan. Dan kamu nanti mati akan di lupakan dari ingatan siapa saja, kalau kamu sebenarnya pernah hidup, setidaknya pernah ikut andil menghirup udara dunia.
Sebenarnya kamu itu ada yang hidup membawa ruh insaniyah, dan ada yang tak membawa ruh insaniyah yang berkelanjutan.

Sebagaimana sebiji beras yang membawa fakta ruh beras beras berkelanjutan, jika membawa ruh beras yang berkelanjutan maka beras itu akan menumbuhkan beras yang banyak dan beras akan menumbuhkan beras lagi, tapi jika tidak membawa ruh berkesinambungan beras, maka beras sebiji itu akan di makan seseorang dan hancur di dalam perut, dan di lupakan setelah terbuang di jamban.

Ya Rasulullah

Pada suatu masa, ketika Nabi Muhammad SAW sedang tawaf di Ka’bah, baginda mendengar seseorang dihadapannya bertawaf sambil berdzikir: “Ya Karim,,, Ya Karim…”
Rasulullah SAW meniru dzikirnya: “Ya Karim,,, Ya Karim…”

Orang itu berhenti di satu sudut Ka’bah dan menyebutnya lagi,  “Ya Karim,,, Ya Karim…” Rasulullah yang berada dibelakangnya menyebutnya lagi, “Ya Karim,,, Ya Karim…”

Orang itu merasa dirinya di perolok-olokkan, lalu menoleh ke belakang dan dilihatnya seorang laki-laki yang sangat tampan dan gagah yang belum pernah dilihatnya.

Orang itu berkata:
“Wahai orang tampan, apakah engkau sengaja mengejek-ejekku, karena aku ini orang badui? Kalaulah bukan karena ketampanan dan kegagahanmu akan kulaporkan pada kekasihku, Muhammad Rasulullah”,

Mendengar kata-kata orang badui itu, Rasulullah SAW tersenyum lalu berkata:
“Tidakkah engkau mengenali Nabimu, wahai orang Arab?”

“Belum” jawab orang itu.

“Jadi bagaimana kamu beriman kepadanya?” tanya Rasulullah SAW.

“Saya percaya dengan mantap atas kenabiannya, sekalipun saya belum pernah melihatnya dan membenarkan perutusannya walaupun saya belum pernah bertemu dengannya.” jawab orang Arab badui itu.

Rasulullah SAW pun berkata padanya:
“Wahai orang Arab, ketahuilah aku inilah Nabimu di dunia dan penolongmu nanti di akherat.”

Melihat Nabi dihadapannya, dia langsung tercengang, seperti tidak percaya kepada dirinya lalu berkata:
“Tuan ini Nabi Muhammad?”
Jawab Nabi SAW:
“Ya”

Dengan segera orang itu tunduk dan mencium kedua kaki Rasulullah SAW.

Melihat hal itu Rasulullah SAW menarik tubuh orang Arab badui itu seraya berkata:
“Wahai orang Arab, janganlah berbuat seperti itu. Perbuatan ini seperti biasanya dilakukan oleh seorang hamba sahaya kepada tuannya. Ketahuilah, Allah mengutus aku bukan untuk menjadi seorang yang takabbur, yang diminta dihormati atau diagungkan, tetapi demi membawa berita gembira bagi orang yang beriman dan membawa berita menakutkan bagi yang mengingkarinya.”

Ketika itulah malaikat Jibril untuk membawa berita dari langit, dia berkata:
“Ya Muhammad, Allah SWT menyampaikan salam kepadamu dan berfirman: ‘Katakan kepada orang Arab itu agar tidak terpesona dengan belas kasih Allah. Ketahuilah bahwa Allah akan menghisabnya di hari Mahsyar nanti, akan menimbang semua amalannya, baik yang kecil maupun yang besar.”

Setelah menyampaikan berita itu, Jibril kemudian pergi. Orang Arab itu pula berkata:
“Demi Keagungan serta Kemuliaan Tuhan, jika Tuhan akan membuat perhitungan atas amalan hamba, maka hamba pun akan membuat perhitungan dengan-Nya.”

Orang badui berkata lagi:
“Jika Tuhan akan memperhitungkan dosa-dosa hamba, maka hamba akan memperhitungkan kebesaran maghfirah-Nya. Jika dia memperhitungkan kemaksiatan hamba, maka hamba akan memperhitungkan betapa luasnya Pengampunan-Nya. Jika Dia memperhitungkan kebakhilan hamba, maka hamba akan memperhitungkan pula betapa Dermawan-Nya.”

Mendengar ucapan orang badui itu, maka Rasulullah SAW pun menangis mengingatkan betapa benarnya kata-kata orang Arab badui itu sehingga air mata meleleh membasahi jenggotnya.

Lantaran itu malaikat Jibril turun lagi seraya berkata:
“Ya Muhammad, Tuhan As Salam menyampaikan salam kepadamu dan berfirman: ‘Berhentilah engkau dari pada menangis, sesungguhnya karena tangisanmu, penjaga ‘Arsy lupa bacaan tasbih dan tahmidnya, sehingga berguncang. Sekarang katakan kepada temanmu itu, bahwa Allah tidak akan menghisab dirinya, juga tidak akan menghitung kemaksiatannya. Allah sudah mengampunkan semua kesalahannya dan akan menjadi temanmu di surga nanti.”

Betapa sukanya orang Arab badui itu, apabila mendengar berita itu dan menangis karena tidak berdaya menahan rasa terharu.

UJIAN

jika Allah akan mempercepat kenaikan pangkat seseorang di sisiNYA, maka Allah akan menaikan dengan menggelar ujian-ujian, jika hanya dengan amaliyah, bisa saja 10 level tingkatan itu harus di lewati dengan masa tempuh menjalankan amaliyah selama 20 tahun, maka dengan ujian yang di gelar itu level 10 bisa hanya bisa di tempuh dalam hitungan hari, jangan mengeluh dengan ujian yg di berikan Allah, jika itu bentuknya harus perang dengan dukun atau bertarung dengan jin, lakukan saja tugas sebagai prajurit jika memang tugasnya sebagai prajurit, keluarkan ilmu yang di miliki, dan jangan pernah lupa untuk mertawakal pada Allah, karena Allah itu sudah punya rencana kemenangan demi kemenangan.

mungkin yang telah merasakan ujian lalu sudah merasakan memetik buah dari ujian itu di lewati, akan rindu akan ujian demi ujian, dan ternyata ujian yang selama ini di lewati walau ketika menjalani itu berat, sebenarnya amat kecil dan tak berarti di banding anugerah yang di terima ketika ujian itu di lewati dengan sukses.

Orang orang yang sampai

Imam Al-Ghazali mengisahkan suatu cerita dalam kehidupan Isa
bin Maryam.
Pada suatu hari Isa melihat orang-orang duduk bersedih di
sebuah tembok, dipinggir jalan.
Tanyanya, “Apa gerangan yang merundungmu semua?”
Jawab mereka, “Kami menjadi seperti ini lantaran ketakutan
kami menghadapi neraka.”
Isapun meneruskan perjalanannya, dan melihat sejumlah orang
berkelompok berduka dalam berbagai gaya dipinggir jalan.
Katanya, “Apa gerangan yang merundung kalian?” Mereka
menjawab, “Keinginan akan sorga telah membuat kami semua
begini.”
Isa pun melanjutkan perjalanannya, sampai ia bertemu dengan
kelompok ketiga. Tampaknya orang-orang itu telah menderita
amat sangat, tetapi wajah mereka bersinar bahagia.
Isa bertanya, “Apa gerangan yang telah membuatmu begitu?”
Mereka menjawab, “Semangat Kebenaran. Kami telah melihat
Kenyataan, dan hal itu telah menyebabkan kami melupakan
tujuan-tujuan lain yang sepele.”
Isa berkata, “Orang-orang itu telah sampai. Pada Hari
Perhitungan nanti, merekalah yang akan berada di Sisi
Tuhan.”
Catatan
Kisah Sufi tentang Yesus ini sering mengejutkan mereka yang
percaya bahwa kemajuan rohaniah hanya tergantung pada
pengolahan masalah ganjaran dan siksa.
Para Sufi mengatakan bahwa hanya orang-orang tertentu bisa
mengambil keuntungan dari pelibatan diri pada masalah untung
atau rugi; dan bahwa hal ini mungkin hanya merupakan
sebagian saja dari pengalaman orang-seorang. Mereka yang
telah mempelajari pelbagai cara dan akibat keadaan dan
pencekokan (conditioning and indoctrination) mungkin merasa
sepakat dengan pandangan tersebut.
Tentu saja, kaum agamawan formal, dalam pelbagai
keyakinannya tidak mengakui bahwa pilihan sederhana atas
baik-buruk, ketegangan-kelonggaran, ganjaran-siksa hanyalah
sekedar bagian-bagian suatu sistem lebih besar dari
kesadaran diri.

IKLAS

Tingkat ikhlas yang paling rendah adalah ketika amal perbuatan bersih dari riak yang jelas dan samar tetapi masih terikat dengan keinginan untuk pahala yang dijanjikan Allah swt Ikhlas seperti ini dimiliki oleh orang yang masih kuat bersandar kepada amal, yaitu hamba yang mentaati Tuannya karena mengharapkan upah dari Tuannya itu.

ketika seseorang itu beramal dan masih menyembunyikan maksud di sebalik amal, yang berhubungan dengan anugerah Allah, maka amal itu sudah di bilang ikhlas, asal amal itu bersih dari kehendak pujian dan sanjungan dari manusia, walau itu adalah ikhlas dalam tataran paling rendah. tataran orang ibadah itu ada 5 tataran;
1. abidin
2. muhibbin
3. arifin.
4. mukhlisin
5. mursidin

tataran 1 . abidin itu sebagaimana orang yang beramal, yang sudah lepas dari riak dan ujub yang merusakkan amal, tapi di hatinya masih mengharapkan suatu pahala atau balasan atas amal yang di perbuatnya, entah amal ibadah itu mengharapkan surga atau lepas dari neraka, atau amal ibadah itu mengharapkan kebahagiaan hidup di dunia, entah perbaikan ekonomi, atau mendapatkan kehormatan yang di anugerahkan Allah, bahkan mengharapkan mendapatkan ketenangan sekalipun, itu namanya orang itu masih mengharapkan balasan atas amal, itu sudah di katakan ikhlas, walau ikhlasnya masih ada embel-embel, ikhlas itu apabila amal bersih dari kehendak pada selain Allah, jika masih mengharap anugerah dari Allah, maka itu tetap di katakan ikhlas, karena tidak ada harapan pada selainnya Allah. seperti orang kuliah, tidak bisa di benarkan jika mengatakan sekolah SD itu tak baik, lebih baik kuliah, dan sekolah SD itu tak benar, pdhal orang bisa kuliah itu harus sekolah SD dulu, jadi sekolah SD itu tetap penting, malah kalau bisa di SD itu sampai rangking 1.

perumpamaan orang berdoa, dia melakukan amaliyah wirid agar mendapat apa yang di harapkan, maka kalau bisa apa yang di harap itu sampai tercapai, di ijabah oleh Allah, sampai ijabahnya sekedipan mata, dan berulang kali seperti itu, setiap berdoa menginginkan kebaikan Allah segera mengijabah, itu namanya abidin yang rangking di kelasnya, sebab setiap manusia itu harus melalui proses,

ketika seringkali apa yang di pinta pada Allah kemudian di ijabah, di ijabah, dan di ijabah, maka hamba akan masuk pada pintu rasa cinta pada Allah, karena seringnya di beri, orang itu kalau sering di beri Allah akan timbul rasa sayang pada Allah, ketika merasakan betapa maha wahabnya Allah, maha memberinya Allah, dan maha kasihnya Allah, maka di hati hamba akan masuk pada tingkatan mukhibbin, yaitu orang yang beribadah pada Allah di dasari rasa cinta, musnah rasa harapan mendapatkan balasan atas amal, karena melihat Allah maha memberi tanpa batas. apa pa di cukupi Allah, maka rasa cinta pada Allah lantas menyala-nyala.

Di bawah dari tingkatan abidin, tidak dinamakan ikhlas lagi. Tanpa ikhlas seseorang beramal karena sesuatu muslihat keduniaan, ingin dipuji, ingin menutup kejahatannya agar orang percaya kepadanya dan bermacam-macam lagi trik yang rendah. Orang dari golongan ini meskipun banyak melakukan praktek namun, praktek mereka adalah umpama tubuh yang tidak bernyawa, tidak bisa menolong tuannya dan di depan Tuhan nanti akan menjadi debu yang tidak mensyafaatkan orang yang melakukannya. Setiap orang yang beriman kepada Allah swt harus mengusahakan ikhlas pada amalannya karena tanpa ikhlas syiriklah yang bergabung praktek tersebut, sebanyak ketiadaan ikhlas itu.

(Amalkanlah hal-hal itu) dengan tulus ikhlas kepada Allah, serta tidak mempersekutukan sesuatu pun dengan-Nya. (Ayat 31: Surah al-Hajj)

“Serta (diwajibkan kepadaku): ‘hadapkanlah seluruh dirimu menuju (ke arah mengerjakan perintah-perintah) agama dengan benar dan ikhlas, dan janganlah kamu termasuk orang-orang musyrik'”. Dan janganlah kamu (Muhammad) menyembah atau memuja yang lain dari Allah, yang tidak dapat mendatangkan manfaat dan tidak juga dapat mendatangkan mudarat kepadamu. Jadi, jika kamu berbuat yang demikian, maka pada saat itu sehingga kamu termasuk orang-orang yang lalim (terhadap diri sendiri dengan perbuatan syirik itu). (Ayat 105 & 106: Surah Yunus)

Daging dan darah binatang korban atau hadiah itu tidak sekali-kali akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah amal yang ikhlas yang berdasarkan takwa dari kamu. (Ayat 37: Surah al-Hajj)

Kecintaan Nabi

Tatkala Prof. DR. Al-Muhaddits as-Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki bersama rombongan ulama lainnya pergi berziarah ke Makam Rasulullah Saw, tiba-tiba beliau
diberikan kasyaf (tersingkapnya hijab) oleh Allah Swt dapat jumpa dengan Baginda Nabi Muhammad Saw. Di belakang Baginda Nabi Muhammad Saw sangat banyak orang yang berkerumunan. Ketika ditanya oleh as-Sayyid Muhammad al-Maliki: “Ya Rasulullah, siapakah orang-orang itu?” Rasulullah Saw. pun menjawab: “Mereka adalah
ummatku yang sangat aku cintai.”
Dan diantara sekumpulan orang yang banyak itu ada sebagian kelompok yang sangat banyak jumlahnya. Lalu as-Sayyid Muhammad al-Maliki bertanya lagi: “Ya Rasulullah, siapakah mereka yang berkelompok sangat banyak itu?” Rasulullah Saw. kemudian menjawab: “Mereka adalah
Bangsa Indonesia yang sangat banyak mencintaiku dan aku mencintai mereka.”

Akhirnya As-Sayyid Muhammad Al-Maliki menangis terharu dan terkejut. Lalu beliau keluar dan bertanya kepada jamaah: “Mana orang Indonesia? Aku sangat
cinta kepada Indonesia.”
SHOLU ALANNABIY MUHAMMAD,,,,,!

ILMU

ILMU DAN MAKRIFAT
Wahai yang tidak aku kenaliku panjat gunung yang tinggi sangkaku Engkau berada di puncaknya namun tidak ku temui Engkau di sana.Lalu aku terjun dari puncak gunung jika Engkau ada pasti Engkau tidak membiarkan daku.Tangan Kudrat Iradat-Mu menyambar ku aku terbang dengan sayap Rahmani-Mu mengembara ke seluruh alam mayanamun tidak ku temui Engkau di dalam alam.Hatiku mengatakan Engkau ada lalu aku keluar daripada alam dan aku terjun ke dalam hatiku.Di sana aku temui kebodohanku bodohnya aku menyangka akulah Aku sedangkan Dia jualah Aku dan aku tiada beserta Dia.Bila aku tiada beserta Dia tinggallah Dia sendirian rindulah Dia kepada diriku lalu Dia terjun ke dalam hatinya di sana Dia berjumpa Aku Aku menyambutnya dengan tersenyum.Aku dan Dia Dia dan Aku bukan dua dan bukan Satu satu masih berbentuk masih berjarak titik atas dengan bawah sedangkan Aku dan Diatiada antara bukan juga titik yang halus titik yang halus masih menempati ruang sedangkan Aku dan Dia tiada rupa tiada bentuk tiada ruang tiada zaman.Aku adalah Dia Dia adalah Aku tiada beza antara Aku dan Dia bila aku cuba mengenali Dia aku tidak kenal lagi diriku aku tidak kenal lagi diri Dia bila dia cuba mengenali diriku dia tidak kenal lagi dirinyadia tidak kenal lagi diriku.Tiada lagi kenyataan tiada juga keghaiban.Pengenalan sebenar adalah tidak kenal pengetahuan sebenar adalah tidak tahu.Aku adalah rahsia Dia Dia adalah rahsia Akuusah diganggu rahsia ini.

TATA CARA BER-THARIQAH

Sebagaimana telah dijelaskan pada bab
sebelumnya bahwa di dalam thariqah
terdapat banyak aliran-aliran, yang tentu
saja masing-masing aliran mempunyai tata
cara sendiri-sendiri di dalam
melaksanakan amalan thariqahnya.
Perbedaan tata cara di antara aliran
thariqah yang satu dengan yang lainnya,
bukanlah pada persoalan pokok dan inti,
yakni “talqin dzikir”. Karena talqin dzikir
inilah sebenarnya inti di dalam thariqah,
yang membedakannya dari kegiatan
dzikir-dzikir lain di luar thariqah. Oleh
karena itu ada baiknya pada bagian ini
dijelaskan terlebih dahulu tata cara Talqin
Dzikir atau yang lazim disebut Bai’at ,
yang biasa dilakukan oleh seorang Guru
Mursyid kepada murid thariqah. Yaitu –
sebagaimana yang dijelaskan oleh Syaikh
Ahmad Al-Kamisykhonawi.ra dalam
kitabnya jami’ul Ushul- sebagai berikut ;
“Adapun tata cara pengambilan dzikir
adalah hendaknya si murid dan sang
syaikh atau salah satunya beristikharah
terlebih dahulu. Apabila hasil
istikharahnya sesuai, dan itulah yang
diharapkan, maka hal itu dapat dijadikan
petunjuk bahwa ia telah mendapatkan izin
dari Hadirat ’Allarnul Ghuyub (Allah).
Setelah itu sang syaikh akan
mendudukkan si murid di hadapannya
setelah dia sempurna bersuci, sambil
menempelkan kedua lututnya dengan
kedua lutut si murid, sebagaimana yang
dilakukan oleh Jibril ‘alaihis-salam kepada
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Kemudian dengan tangan kanannya, dia
memegang tangan kanan si murid
layaknya orang bersalaman, lalu
memintanya bertobat dari segala
kesalahan dan maksiat serta
menyuruhnya meminta halal kepada
orang-orang yang mempunyai hak
padanya, mengembalikan apa-apa yang
bukan haknya, meninggalkan bid’ah,
melaksanakan sunnah, menjauhi rukhshah
dan melaksanakan ‘azimah. Selanjutnya
keduanya bersama-sama dengan niat
taubat dari apa yang menyalahi ridlo
Allah membaca ayat:
kemudian si murid memejamkan kedua
matanya dan sang syaikh mengucapkan
“ tahlil” ( La ilaaha illallah) tiga kali,
sebagaimana yang dilakukan Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada
Sahabat Ali, lalu membaca ayat
untuk tabarruk dan isyarat bahwa seakan-
akan ia berbai’at kepada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Setelah ini
keduanya menaruh kedua tangan mereka
pada kedua lutut sambil memejamkan
kedua mata mereka, lalu sang syaikh
dengan hatinya berdzikir menyebut
Ismudz-Dzat (Allah) tiga kali, dengan niat
mentalqin dan mengajarkan pada hati si
murid dengan memanjangkan (bacaan)
dan hudlur seakan-akan melihat Al-Malik
Al-Ghofur. Kemudian disuruhnya si murid
membaca istighfar, Al-Fatihah dan Al-
Ikhlas kepada silsilah thariqahnya, dan
rabithah dengan syaikhnya dengan syarat
hendaknya si murid meyakini bahwa
syaikhnya adalah khalifah (penerus)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
dalam hal penganugerahan, dan naib
(pengganti) beliau dalam membina dan
membimbing manusia.”
Itulah tata cara dalam talqin dzikir secara
umum, yang dalam prakteknya ada yang
persis seperti itu, ada yang sedikit
ditambah dan ada yang sedikit dikurangi.
Namun semuanya itu tidak ada yang
keluar dari hal-hal yang prinsip dan
pokok.

Dasar Tasawuf

MABADI (DASAR) TASAWUF
Sebaiknya setiap orang yang akan
memulai membahas satu cabang ilmu
hendaknya memahami pandangan umum
atau pendahuluannya sebagai gambaran
sebelum ia masuk ke dalamnya agar bisa
memahami dengan jelas dan tidak kabur.
Penggambaran tersebut tidak akan jelas
melainkan dengan mengetahui 10 dasar-
dasar ilmu sebagaimana dijelaskan bait
syair berikut:
ﺇِﻥَّ ﻣَﺒَـــــــــﺎﺩِﻯ ﻛُﻞِّ ﻓَـــــﻦِّ ﻋَﺸْـــــــﺮَﺓٌ
ﺍَﻟْﺤَـــــــــﺪُّ ﺍﻟْﻤَﻮْﺿُــــــﻮْﻉِ ﺛُـﻢَّ ﺍﻟﺜَّﻤَــــــﺮَﺓُ
ﻭَﻓَﻀْــــــــﻠُﻪُ ﻭَﻧَﺴَـــــــﺒُﻪُ ﻭَﺍﻟْــﻮَﺍﺿِــــــــﻊُ ﻭَﺍْﻹِﺳْﻢُ
ﻭَﺍﻟْﺈِﺳْﺘِﻤْﺪَﺍﺩُ ﺣُﻜْﻢُ ﺍﻟﺸَّﺎﺭِﻉِ
ﻣَﺴَـﺂﺋِﻞُ ﻭَﺍﻟْﺒَﻌْﺾُ ﺑِﺎﻟْﺒَﻌْﺾِ ﺍﻛْـﺘَﻔَﻰ ﻭَﻣَـــﻦْ ﺩَﺭَﻯ
ﺍﻟْﺠَﻤِﻴْﻊَ ﺣَــﺎﺯَ ﺍﻟﺸَّــﺮَﻓَﺎ
Sesungguhnya dasar setiap disiplin ilmu
adalah 10: definisi, tema, manfaat,
keutamaan, korelasi, peletak dasar, nama,
landasan, hukum, dan probematikanya.
Barang siapa mengetahui semuanya
maka ia telah memperoleh kemuliaan.
1. DEFINISI TASAWUF
# ﺣَﺪُّ ﺍﻟﺘَّﺼَﻮُّﻑِ #
ﻋِﻠْﻢٌ ﻳُﻌْﺮَﻑُ ﺑِﻪِ ﺃَﺣْﻮَﺍﻝُ ﺍﻟﻨَّﻔْﺲِ ﻣَﺤْﻤُﻮْﺩُﻫَﺎ ﻭَ ﻣَﺬْﻣُﻮْﻣُﻬَﺎ
ﻭَﻛَﻴْﻔِﻴَﺔُ ﺗَﻄْﻬِﻴْﺮِﻫَﺎ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻤَﺬْﻣُﻮْﻡِ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﻭَﺗَﺤْﻠِﻴَّﺘُﻬَﺎ
ﺑِﺎﻹِﺗِّﺼَﺎﻑِ ﺑِﻤَﺤْﻤُﻮْﺩِﻫَﺎ ﻭَﻛَﻴْﻔِﻴَﺔُ ﺍﻟﺴُّﻠُﻮْﻙِ ﻭَﺍﻟﺴَّﻴْﺮُ ﺇِﻟَﻰ
ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺍﻟْﻔِﺮَﺍﺭُ ﺇِﻟَﻴْﻪِ .
Definisi Tasawuf menurut Etimologi :
“Ilmu untuk mengetahui keadaan jiwa baik
dan buruknya, mengetahui bagaimana
membersihkan jiwa dari kotorannya dan
memperindah jiwa dengan sifat-sifat yang
terpuji. Dan untuk mengetahui cara/
proses perjalanan menuju Allah.
2. TEMA
# ﻣَﻮْﺿُﻮْﻋُﻪُ #
ﺃَﻓْﻌَﺎﻝُ ﺍﻟْﻘَﻠْﺐِ ﻭَﺍﻟْﺤَﻮَﺍﺱِ ﻣِﻦْ ﺣَﻴْﺚُ ﺍﻟﺘَّﺰْﻛِﻴَّﺔِ ﻭَﺍﻟﺘَّﺼْﻔِﻴَّﺔِ
Objek Kajian ilmu Tasawuf :
Pekerjaan hati (gerak-gerik hati) dan
panca indera dalam konteks pembersihan
dan penyuciannya.
3. MANFAAT
# ﺛَﻤْﺮَﺗُﻪُ #
ﺗَﻬْﺬِﻳْﺐُ ﺍﻟْﻘُﻠُﻮْﺏِ ﻭَﻣَﻌْﺮِﻓَﺔُ ﻋَﻠّﺎﻡِ ﺍﻟْﻐُﻴُﻮْﺏِ ﺫَﻭْﻗًﺎ ﻭَﻭُﺟْﺪَﺍﻧًﺎ
ﻭَﺍﻟﻨَّﺠَﺎﺓُ ﻓِﻰ ﺍْﻵﺧِﺮَﺓِ ﻭَﺍﻟْﻔَﻮْﺯُ ﺑِﺮِﺿَﺎﺍﻟﻠﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ
Buah dari Ilmu Tasawuf :
Membersihkan hati, mengenal alam gaib
dengan merasakan dan meraihnya,
selamat di akhirat serta bahagia dengan
Ridho Allah SWT.
4. KEUTAMAAN
# ﻓَﻀْﻠُﻪُ #
ﺃَﻧَّﻪُ ﺃَﺷْﺮَﻑُ ﺍﻟْﻌُﻠُﻮْﻡِ ﻟِﺘَﻌَﻠُّﻘِﻪِ ﺑِﻤَﻌْﺮِﻓَﺔِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟﻰَ ﻭَﺣُﺒِّﻪِ
Keutamaan Ilmu Tasawuf ;
Bahwa Ilmu Tasawuf adalah ilmu yang
mulia dihubungkan dengan yang lainnya.
Karena ilmu Tasawuf berkaitan dengan
Mengenal Allah dan Mencintai-Nya.
5. KORELASI
# ﻧِﺴْﺒَﺘُﻪُ #
ﻧِﺴْﺒَﺘُﻪُ ﺇِﻟَﻰ ﻏَﻴْﺮِﻩِ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻌُﻠُﻮْﻡِ ﺃَﻧَّﻪُ ﺃَﺻْﻞٌ ﻟَﻬَﺎ ﻭَﺷَﺮْﻁٌ
ﻓِﻴْﻬَﺎ ﻭَﻫُﻮَ ﻛَﺎﻟﺮُّﻭْﺡِ ﻟِﻠْﺠَﺴَﺪِ .
Nisbat/Korelasi Tasawuf dengan Ilmu
yang lainnya :
1. Ilmu Tasawuf, Ilmu asal dan menjadi
syarat ilmu yang lainnya.
2. Ilmu Tasawuf bagaikan ruh bagi ilmu-
ilmu yang lainnya.
6. PELETAK DASAR
# ﻭَﺍﺿِﻌُﻪُ #
ﺍَﻟﻠﻪُ ﺗَﺒَﺎﺭَﻙَ ﻭَﺗَﻌَﺎﻟَﻰ ﻭَﺃَﻭْﺣَﺎﻩُ ﺇِﻟَﻰ َﺭﺳُﻮْﻝِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺹ. ﻡ
ﻭَﺍﻷَﻧْﺒِﻴَﺂﺀِ ﻗَﺒْﻠَﻪُ ﻓَﺈِﻧَّﻪُ ﺭُﻭْﺡُ ﺍﻟﺸَﺮَﺍﺋِﻊِ ﻭَﺍﻷَﺩْﻳﺎَﻥِ ﺍﻟْﻤُﻨْـﺰَﻟَﺔِ
ﻛُﻠِّﻬَﺎ
Peletak Dasar Ilmu Tasawuf :
Allah SWT dan mewahyukannya kepada
Rasulullah SAW dan para nabi
sebelumnya. Karena ilmu Tasawuf sebagai
ruh bagi syari’at dan agama-agama yang
diturunkan.
7. NAMA
# ﺇِﺳْﻤُﻪُ #
ﻋِﻠْﻢُ ﺍﻟﺘَّﺼَﻮُّﻑِ ﻣَﺄْﺧُﻮْﺫٌ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺼَّﻔَﺎ
Nama Ilmu Tasawuf :
Diambil dari lafadz ‘sofa’ yang berarti
bersih.
8. LANDASAN
# ﺇِﺳْﺘِﻤْﺪَﺍﺩُﻩُ #
ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻜِﺘَﺎﺏِ ﻭَﺳُّﻨَّﺔِ ﻭَﺍﻵﺛَﺎﺭِ ﺍﻟﺜَّﺎﺑِﺘَﺔِ ﻣِﻦْ ﺧَﻮَﺍﺹِ ﺍﻷُﻣَّﺔِ .
Sumber ilmu Tasawuf :
Bersumber dari Al-Quran dan As-Sunnah
dan atsar dari orang-orang yang terpilih
9. HUKUM
# ﺣُﻜْﻢُ ﺍﻟﺸَّﺎﺭِﻉِ #
ﺍَﻟْﻮُﺟُﻮْﺏُ ﺍﻟْﻌَﻴْﻨِﻲُّ
Hukum Ilmu Tasawuf :
Dalam perspektif agama adalah wajib ’Ain
bagi setiap muslim.
10. PROBLEMATIKA
ﻣَﺴَﺎﺋِﻠُﻪُ
ﻗَﻀَﺎﻳَﺎﻩُ ﺍﻟْﺒَﺎﺣِﺜَﺔِ ﻋَﻦْ ﺻِﻔَﺎﺕِ ﺍﻟْﻘُﻠُﻮْﺏِ ﻭَﻛَﻼَﻡِ ﺍﻟْﻘَﻮْﻡِ
ﻛَﺎﻟﺰُّﻫْﺪِ ﻭَﺍﻟْﻮَﺭَﺍﻉِ ﻭَﺍﻟْﻤَﺤَﺒَّﺔِ ﻭَﻏَﻴْﺮِﻫَﺎ
Masalah-masalah Ilmu Tasawuf :
Meliputi seluruh pengantar pembahasan
tentang sifat hati dan istilah-istilah
tasawuf seperti zuhud, wara’, mahabbah,
dan lain-lain.